Climate System Study (3/5) – Global Energy Balance

Energi cahaya matahari di siang hari

Konsep tentang Global Energy Balance, menjadi pembahasan yang menarik menyoal bagaimana energi bersirkulasi di planet yang kita tinggali ini yaitu bumi. Pembahasan yang menjadi konsep mendasar dalam kajian iklim (Climate System Study) ini berbicara tentang kesetimbangan yang terbangun antara radiasi matahari yang bumi ini terima dari matahari dan radiasi terestrial (panas) yang keluar atau dipancarkan oleh bumi itu sendiri. Baik atau tidaknya keseimbangan yang terbangun ini memainkan peran penting dalam menentukan perubahan-perubahan yang terjadi pada suhu bumi termasuk bagaimana pola iklim yang akan terbentuk.

Seperti yang kita tau, bahwa matahari adalah sumber energi utama bagi planet yang kita tinggali yaitu bumi. Energi surya yang diterima oleh bumi, dalam bentuk radiasi elektromagnetik, atau sinar matahari, dipancarkan dari matahari yang bergerak melalui ruang angkasa hingga kemudian mencapai atmosfir bumi kita. Sebagian dari radiasi matahari yang masuk ini dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh peran-peran yang dimainkan awan, partikel atmosfer termasuk permukaan bumi seperti tanah, lautan, sungai, gunung juga hutan hingga kemudian menciptakan apa yang dikenal sebagai efek albedo (tingkat reflektifitas dari permukaan suatu benda untuk memantulkan kembali radiasi matahari ke luar angkasa). Sisanya, diserap oleh permukaan bumi, memanaskan planet ini.

Energi surya yang diserap dan memanaskan permukaan bumi ini, menyembabkannya mampu memancarkan radiasi termal atau panas dalam bentuk radiasi inframerah. Energi panas ini dipancarkan kembali ke atmosfir. Walaupun pada siklus yang terjadi disini, tidak semua energi panas yang dipancarkan akan kembali ke atmosfir. Gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O), akan menangkap sebagian dari panas keluar ini, mencegahnya keluar langsung ke ruang angkasa. Efek rumah kaca ini, sebetulnya pada ambang batas tertentu, memiliki fungsi yang penting untuk menjaga iklim yang dapat dihuni di bumi, karena mampu menjaga suhu rata-rata planet di sekitar 15°C (59°F). Tidak terlalu panas, juga tidak terlalu dingin untuk iklim bumi.

Sampai sini, mungkin kemudian kita bisa sama-sama memahami, bahwa keseimbangan energi global bisa tercapai ketika radiasi matahari yang masuk sama dengan radiasi yang dikembalikan ke luar angkasa. Ketidakseimbangan antara dua komponen ini dapat menyebabkan perubahan suhu dan iklim bumi. Semisal yang terjadi pada hari ini, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas-aktivitas manusia yang tidak pernah berhenti pagi-siang-malam seperti pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan besar-besaran, pembakaran kendaraan bermotor, meningkatkan efek rumah kaca dan menyebabkan pemanasan planet ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Bahkan, keadaannya bisa sampai membuat bumi yang kita tinggali ini mendidih, tidak sekedar memanas!

Dalam kajian iklim, memahami keseimbangan energi ini sangat penting bagi para ilmuwan karena memberikan wawasan tentang faktor-faktor yang mampu mempengaruhi variabilitas dan perubahaan dari suatu iklim di suatu wilayah. Dengan mempelajari bagaimana energi diserap, dipantulkan, dan dipancarkan kembali ke atmosfer bumi, peneliti dapat memahami proses iklim dengan lebih baik, dan membantu mereka mengembangkan model-model klasifikasi dan prediksi iklim yang lebih akurat. Model-model ini mampu membantu dalam memprediksi tren iklim di masa depan, menilai dampak perubahan iklim, juga pada akhirnya diharapkan mampu merumuskan strategi untuk mengurangi dampak buruk dari perubahaan iklim yang terjadi pada bumi kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *